Akses Transportasi Warga Wlahar Kec.Larangan
BREBES– Saat ini perahu merupakan transportasi pilihan warga yang bisa diakses baik menuju maupun keluar dari Desa Wlahar Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Tidak ada jembatan penghubung yang menyatukan daratan yang terpisah oleh Sungai Rambatan itu.
Ironisnya, untuk menampung kebutuhan warga Desa Wlahar yang berpenduduk 6000 jiwa itu hanya ada satu perahu. Walhasil, warga yang memanfaatkan alat transportasi air itu pun harus mengantri untuk bergantian.
Sebenarnya ada jalan alternatif lain yang bisa di akses warga, namun jarak nya cukup jauh. Mereka harus memutar hingga 6 Km dan melewati hutan. Melewati Dukuh Karangsari, Tangsi, Buntrak kemudian tembus ke jalan raya.
Pemilik perahu hanya mengenakan tarif Rp 1000 hingga Rp 2000 perorang. Sebuah ongkos murah yang berbanding terbalik dengan resikonya.
Saryo (45) salah satu yang bertugas untuk mengurusi perahu mengatakan bahwa pernah juga beberapa kali perahu mengalami oleng dan terbalik. Sejauh ini belum ada korban hingga tewas akibat terjatuh dari perahu. Namun demikian, resiko tersebut tetap harus dipertimbangkan. " sudah jadi resiko kami,perahu oleng atau terbalik juga sering" tuturnya saryo
Rupanya warga sudah mafhum akan hal itu, apalagi tidak ada pilihan lain yang bisa dijadikan alternatif warga untuk mengakses kota. Mereka yang memanfaatkan transportasi murah ini biasanya anak sekolah, petani, dan para pedagang serta pekebun.
“Dengan perahu masyarakat sekitar bisa menyebrang walaupun sedikit sabar karena lama apalagi di tambah bila hujan dan sungai menjadi banjir masyarakat harus menunggu surut dulu atau tidak sama sekali ke kebun karena perahu yang menjadi satu-satunya tidak bisa melewati sungai
pemiulik perahu juga takut perahunya terhanyut apalagi kondisi tepi sungai juga licin dan becek,” kata Suko Hardianto, pekebun asal Desa Wlahar yang juga pelanggan perahu penyebrangan itu, Selasa (10/3/2015). (Eko)
Ironisnya, untuk menampung kebutuhan warga Desa Wlahar yang berpenduduk 6000 jiwa itu hanya ada satu perahu. Walhasil, warga yang memanfaatkan alat transportasi air itu pun harus mengantri untuk bergantian.
Sebenarnya ada jalan alternatif lain yang bisa di akses warga, namun jarak nya cukup jauh. Mereka harus memutar hingga 6 Km dan melewati hutan. Melewati Dukuh Karangsari, Tangsi, Buntrak kemudian tembus ke jalan raya.
Pemilik perahu hanya mengenakan tarif Rp 1000 hingga Rp 2000 perorang. Sebuah ongkos murah yang berbanding terbalik dengan resikonya.
Saryo (45) salah satu yang bertugas untuk mengurusi perahu mengatakan bahwa pernah juga beberapa kali perahu mengalami oleng dan terbalik. Sejauh ini belum ada korban hingga tewas akibat terjatuh dari perahu. Namun demikian, resiko tersebut tetap harus dipertimbangkan. " sudah jadi resiko kami,perahu oleng atau terbalik juga sering" tuturnya saryo
Rupanya warga sudah mafhum akan hal itu, apalagi tidak ada pilihan lain yang bisa dijadikan alternatif warga untuk mengakses kota. Mereka yang memanfaatkan transportasi murah ini biasanya anak sekolah, petani, dan para pedagang serta pekebun.
“Dengan perahu masyarakat sekitar bisa menyebrang walaupun sedikit sabar karena lama apalagi di tambah bila hujan dan sungai menjadi banjir masyarakat harus menunggu surut dulu atau tidak sama sekali ke kebun karena perahu yang menjadi satu-satunya tidak bisa melewati sungai
pemiulik perahu juga takut perahunya terhanyut apalagi kondisi tepi sungai juga licin dan becek,” kata Suko Hardianto, pekebun asal Desa Wlahar yang juga pelanggan perahu penyebrangan itu, Selasa (10/3/2015). (Eko)
0 Response to "Akses Transportasi Warga Wlahar Kec.Larangan"
Posting Komentar