KH. A. Nasichun Isa Mufti: Jauhkan NU Dari Upaya Pengkerdilan
Slawi.
Radardesa.com. Pengasuh pondok pesantren putri Ma’hadut
Tholabah KH A. Nasichun Isa Mufti berharap besar jajaran pengurus NU dari semua tingkatan
dikabupaten Tegal untuk menjalankan roda organisasi secara baik dan benar. Serta
mementingkan kepentingan NU diatas
kepentingan pribadi, kelompok dan politik sesaat." Bersama sesepuh NU yang
lain saya menghimbau kepada elit NU dikabupaten Tegal khususnya, untuk mengutamakan kepentingan NU secara lebih luas
dan jauhkan kepentingan sesaat karena
yang abadi itu keutuhan dan kebesaran Nadlatul Ulama," ujar KH Nasichun
Isa Mufti saat ditemui di Ponpes Ma’hadut Tholabah Babakan Desa Jatimulya Kec. Lebaksiu Kab. Tegal belum lama ini.
KH Nasichun menjelaskan, sebagai organisasi keagamaan non-politik, NU memiliki kewajiban untuk menjaga keutuhan jamaahnya diatas kepentingan politik. Oleh sebab itu, upaya menjaga persatuan dan kesatuan harus diutamakan. " Tidak ada kepentingan politik sempit di sini apalagi pencitraan diri. Menyelamatkan dan mewujudkan kebersamaan didalam internal pengurus, anggota jamiyah NU merupakan kewajiban seluruh warga Nahdliyin khususnya para elit NU. Pengurus NU dari semua tingkatan baik PC, MWC dan seterusnya harus menjauhkan kepentingan politik praktis dan sesaat apalagi kepentingan pribadi, harus dihindari. Karena NU rakhmatan lil alamin" tutur KH Nasichun.
Pengasuh pondok pesantren (Ponpes) putri Ma’hadut Tholabah ini juga, menyampaikan pentingnya berkhidmah dengan ikhlas dalam organisasi Nahdlatul Ulama. Menjadi pengurus NU, katanya, tidak sepatutnya dihinggapi tendensi, ambisi atau kepentingan pribadi. Dalam hal memperoleh jabatan prestisius di luar NU, seperti jabatan politik maupun posisi di pemerintahan, kalaupun hal itu didapat, harus bersifat alamiah sebagai bentuk barokah mengurusi NU.
KH Nasichun Isa Mufthi juga mengisahkan perjalanan karir organisasinya sejak menjadi pengurus RMI hingga sekarang menjadi Akhwah Syuriah PC NU Kabupaten Tegal .“ Pengurus PC NU dari badan otonom (Banom) sampai kepada lembaga di MWC harus tahu dan mempunyai tujuan yang sama dari Nahdlatul Ulama sesuai AD/ART, kalau tidak tahu tujuan, niatnya bisa salah dan pasti dalam perjalanannya akan melahirkan konflik – konflik internal, tegas KH Nasichun pernah menjabat Ketua RMI dua periode ini.
Dibagian lain KH Nasichun juga mengecam penggunaan NU untuk alat politik praktis. Baginya, kegiatan yang bersifat politik praktis dan kekuasaan harus dilaksanakan di luar NU. “Jangan gunakan Nahdlatul Ulama untuk mengembangkan kepentingan politik jangka pendek dan jangan dijadikan alat partai,” katanya.
Akan tetapi Ia berpendapat bahwa NU sebagai lembaga keumatan bisa digunakan sebagai tempat untuk mengajarkan politik tingkat tinggi atau politik yang memperjuangkan nilai kebangsaan, kenegaraan dan kerakyatan, tegasnya.
Terkait dengan penyelenggaraan Pilbup, Pilgub, Pileg dan Pilpres KH Nasichun mempersilakan warga NU untuk menentukan pilihannya sesuai yang dikehendaki hati nuraninya masing-masing. “ Warga NU itu ada dimana – mana, ada di PPP, PKB, Golkar dan sejumlah Parpol lainnya bebas saja menentukan pilihannya. Jadi jangan memaksakan kehendak dengan menggiring warga NU kesalah satu Parpol “ ujarnya.
Menanggapi pernyataan mantan ketua GP Ansor Kab Tegal Muslih yang mengatakan bahwa NU darurat kader. KH Nasichun Isa Mufti justru menyayangkan sikap dan prilaku pengurus PC NU Kab Tegal yang selalu menunjukan prilaku one man show dalam menjalankan tugas ke NU annya. Menurutnya harus ada bagi tugas kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi). “ Penerapan manajemen yang baik dalam pengelolaan NU akan berdampak pada kemajuan dan perkembangan NU dimasa sekarang dan yang akan datang, jadi NU tidak kerdil “ pungkas KH Nasichun. (Chaerul Azmi)
KH Nasichun menjelaskan, sebagai organisasi keagamaan non-politik, NU memiliki kewajiban untuk menjaga keutuhan jamaahnya diatas kepentingan politik. Oleh sebab itu, upaya menjaga persatuan dan kesatuan harus diutamakan. " Tidak ada kepentingan politik sempit di sini apalagi pencitraan diri. Menyelamatkan dan mewujudkan kebersamaan didalam internal pengurus, anggota jamiyah NU merupakan kewajiban seluruh warga Nahdliyin khususnya para elit NU. Pengurus NU dari semua tingkatan baik PC, MWC dan seterusnya harus menjauhkan kepentingan politik praktis dan sesaat apalagi kepentingan pribadi, harus dihindari. Karena NU rakhmatan lil alamin" tutur KH Nasichun.
Pengasuh pondok pesantren (Ponpes) putri Ma’hadut Tholabah ini juga, menyampaikan pentingnya berkhidmah dengan ikhlas dalam organisasi Nahdlatul Ulama. Menjadi pengurus NU, katanya, tidak sepatutnya dihinggapi tendensi, ambisi atau kepentingan pribadi. Dalam hal memperoleh jabatan prestisius di luar NU, seperti jabatan politik maupun posisi di pemerintahan, kalaupun hal itu didapat, harus bersifat alamiah sebagai bentuk barokah mengurusi NU.
KH Nasichun Isa Mufthi juga mengisahkan perjalanan karir organisasinya sejak menjadi pengurus RMI hingga sekarang menjadi Akhwah Syuriah PC NU Kabupaten Tegal .“ Pengurus PC NU dari badan otonom (Banom) sampai kepada lembaga di MWC harus tahu dan mempunyai tujuan yang sama dari Nahdlatul Ulama sesuai AD/ART, kalau tidak tahu tujuan, niatnya bisa salah dan pasti dalam perjalanannya akan melahirkan konflik – konflik internal, tegas KH Nasichun pernah menjabat Ketua RMI dua periode ini.
Dibagian lain KH Nasichun juga mengecam penggunaan NU untuk alat politik praktis. Baginya, kegiatan yang bersifat politik praktis dan kekuasaan harus dilaksanakan di luar NU. “Jangan gunakan Nahdlatul Ulama untuk mengembangkan kepentingan politik jangka pendek dan jangan dijadikan alat partai,” katanya.
Akan tetapi Ia berpendapat bahwa NU sebagai lembaga keumatan bisa digunakan sebagai tempat untuk mengajarkan politik tingkat tinggi atau politik yang memperjuangkan nilai kebangsaan, kenegaraan dan kerakyatan, tegasnya.
Terkait dengan penyelenggaraan Pilbup, Pilgub, Pileg dan Pilpres KH Nasichun mempersilakan warga NU untuk menentukan pilihannya sesuai yang dikehendaki hati nuraninya masing-masing. “ Warga NU itu ada dimana – mana, ada di PPP, PKB, Golkar dan sejumlah Parpol lainnya bebas saja menentukan pilihannya. Jadi jangan memaksakan kehendak dengan menggiring warga NU kesalah satu Parpol “ ujarnya.
Menanggapi pernyataan mantan ketua GP Ansor Kab Tegal Muslih yang mengatakan bahwa NU darurat kader. KH Nasichun Isa Mufti justru menyayangkan sikap dan prilaku pengurus PC NU Kab Tegal yang selalu menunjukan prilaku one man show dalam menjalankan tugas ke NU annya. Menurutnya harus ada bagi tugas kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi). “ Penerapan manajemen yang baik dalam pengelolaan NU akan berdampak pada kemajuan dan perkembangan NU dimasa sekarang dan yang akan datang, jadi NU tidak kerdil “ pungkas KH Nasichun. (Chaerul Azmi)
0 Response to "KH. A. Nasichun Isa Mufti: Jauhkan NU Dari Upaya Pengkerdilan "
Posting Komentar