Hari Kebangkitan Nasional, Membangkitkan semangat untuk Bersatu
Tegal – Melalui Hari
Kebangkitan Nasional, membangkitkan semangat untuk bersatu, bertempat di
Halaman Pendopo Ki Gede Sebayu Balaikota Tegal Jl. Ki Gede Sebayu Kel.
Mangkukusuman Kec. Tegal Timur Kota Tegal, telah dilaksanakan Upacara
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) Ke - 111, Hari Pendidikan
Nasional (HARDIKNAS) Ke - 130, Hari Otonomi Daerah (OTDA) Ke - XXIII dan Hari
Keanekaragaman Hayati Dunia (HKHD) Ke - Tahun 2019 Tingkat Kota Tegal. Senin
(20/5)
Upacara tersebut di pimpin
langsung oleh Walikota Tegal H. Dedy Yon Supriyono SE M.M Perwira Upacara :
Kapolsek Tegal Timur Kompol Agus Endro SH. MH, Komandan Upacara : Agus Budi
Yuwono SH MH dan Pembaca Pembukaan UUD 1945 : Kepala BKPPD Kota Tegal : Drs.
Ikrar Yuswan Appendi MM.
Turut hadir dalam kegiatan
tersebut antara lain Walikota Tegal H. Dedy Yon Supriyono SE M.M, Wakil
Walikota Tegal M. Jumadi ST.M.M, Kapolres Tegal Kota diwakili oleh Wakapolres
Tegal Kota Kompol Davis, Dandim 0712/Tegal Letkol Inf Richard Arnold YS,
Danlanal Tegal Letkol Laut (P) Agus Haryanto, S.E., M.Tr.Hanla, Kajari Tegal Diwakili Pasi Intel Kejaksaan
Negeri Kota Tegal Wimpi Wahon SH, Ketua Pengadilan Kota Panitera Muda Pidana
Pengadilan Negeri Syahroni SH. S.Ag. MH, Pj. Sekda Kota Tegal Drs. Imam
Badarudin, Para Asisten, Staf Ahli Setda Kota Tegal, Para Kepala OPD Setda Kota
Tegal, Para Danramil se Kota Tegal, Camat dan Lurah se Kota Tegal.
Dalam sambutan Menteri
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang di bacakan oleh Walikota
Tegal menyampaikan dalam naskah Sumpah Palapa yang ditemukan pada Kitab
Pararaton tertulis: Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa,
sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun
kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring
Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa"
Memang ada banyak versi
tafsiran atas teks tersebut, terutama tentang apa yang dimaksud dengan
"amukti palapa". Namun meski sampai saat ini masih belum diperoleh
pengetahuan yang pasti, umumnya para ahli sepakat bahwa amukti palapa berarti
sesuatu yang berkaitan dengan kesenangan diri sang Mahapatih Gajah Mada.
Artinya, ia tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan
Nusantara.Sumpah Palapa tersebut merupakan embrio paling kuat bagi jalinan
persatuan Indonesia. Wilayah Nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah
menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional kita untuk mengikat
wilayah Indonesia seperti yang secara de jure terwujud dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia saat ini.
Peringatan Hari Kebangkitan
Nasional yang ke-111, 20 Mei 2019, kali ini sangat relevan jika dimaknai dengan
teks Sumpah Palapa tersebut. Kita berada dalam situasi pasca-pesta demokrasi
yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita.
Kita mengaspirasikan pilihan
yang berbeda-beda dalam pemilu, namun semua pilihan pasti kita niatkan untuk
kebaikan bangsa. Oleh sebab itu tak ada maslahatnya jika dipertajam dan justru
mengoyak persatuan sosial kita.
Alhamdulillah, sampai
sekarang ini tahap-tahap pemilihan presiden dan wakil presiden serta anggota
legislatif berlangsung dengan lancar. Kelancaran ini juga berkat pengorbanan
banyak saudara-saudara kita yang menjadi anggota kelompok penyelenggara
pemungutan suara, bahkan berupa pengorbanan nyawa. Sungguh mulia perjuangan
mereka untuk menjaga kelancaran dan kejujuran proses pemilu ini. Sambil
mengirim doa bagi ketenangan jiwa para pahlawan demokrasi tersebut, alangkah
eloknya jika kita wujudkan ucapan terima kasih atas pengorbanan mereka dengan
bersama-sama menunggu secara tertib ketetapan penghitungan suara resmi yang
akan diumumkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh undang-undang, dalam waktu yang
tidak lama lagi.
Saudari-saudara sebangsa dan
setanah-air, Telah lebih satu abad kita menorehkan catatan penghormatan dan
penghargaan atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi
Boedi Oetomo. Dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan,
ditingkah bentang geografis yang merupakan salah satu yang paling ekstrem di
dunia, kita membuktikan bahwa mampu
menjaga persatuan sampai detik ini. Oleh sebab itu, tak diragukan lagi bahwa
kita pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan
pendapat, dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih
luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu persatuan Indonesia.
Apalagi peringatan Hari
Kebangkitan Nasional kali ini juga dilangsungkan dalam suasana bulan Ramadan.
Bagi umat muslim, bulan suci ini menuntun kita untuk mengejar pahala dengan
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah SWT seperti permusuhan dan
kebencian, apalagi penyebaran kebohongan dan fitnah. Hingga pada akhirnya, pada
ujung bulan Ramadan nanti, kita bisa seperti Mahapatih Gadjah Mada, mengakhiri
puasa dengan hati dan lingkungan yang bersih berkat hubungan yang kembali fitri
dengan saudara-saudara di sekitar kita. Dengan semua harapan tersebut, kiranya
sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional, disematkan tema
"Bangkit Untuk Bersatu". Kebangkitan untuk Persatuan.(Nurpen)
0 Response to "Hari Kebangkitan Nasional, Membangkitkan semangat untuk Bersatu"
Posting Komentar